Tampilkan postingan dengan label info berita. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label info berita. Tampilkan semua postingan

Senin, 14 Februari 2011

Ka'bah

Wadah Dit

Fakta Besar Tentang Ka'bah Yang Coba Disembunyikan Dunia

 

 

 

 

Ternyata Bukan GMT Bukan Di Greenwich, Tapi Di Ka’bah (Fakta Ilmiah)
Ka’bah, rumah Allah sejuta ummat muslim merindukan berkunjung dan menjadi tamu - tamu Allah sang maha pencipta. Kiblatnya (arah) ummat muslim dalam melaksanakan sholat, dari negara manapun semua ibadah sholat menghadap ke kiblat ini.


Istilah Ka’bah adalah bahasa al quran dari kata “ka’bu” yg berarti “mata kaki” atau tempat kaki berputar bergerak untuk melangkah. Ayat 5/6dalam Al-quran menjelaskan istilah itu dg “Ka’bain” yg berarti ‘dua mata kaki’ dan ayat 5/95-96 mengandung istilah ‘ka’bah’ yg artinya nyata “mata bumi” atau “sumbu bumi” atau kutub putaran utara bumi.
Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah.

Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, dia berkata, “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya ?.”



Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada alasan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.


Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus.


Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.


Makkah Pusat Bumi


Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.


Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang.


Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi.

Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah al-Arabiyyah, edisi 237, Agustus 1978).

Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan.

Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.

Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah sain di Barat.
Allah berfirman di dalam al-Qur’an al-Karim sebagai berikut:

‘Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..’ (asy-Syura: 7)

Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian ini. Selain itu, kata ‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.

Makkah atau Greenwich

Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.

Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?s=bba2d95744d6299dc8d2263b6539c427&

-ade.co.cc

Rabu, 09 Februari 2011

Misteri Valentine’s Day (1): Bermula dari Lupercalian Festival

Wadah Dit

Misteri Valentine’s Day (1): Bermula dari Lupercalian Festival




Jelang pertengahan Februari ini, Eramuslim mencoba mengangkat peristiwa yang dirayakan hampir seluruh anak muda di dunia, yaitu hari kasih sayang yang lebih populer dikenal sebagai Valentine’s Day yang selalu jatuh pada tanggal 14 Februari.
Valentine’s Day dengan segala pernak-perniknya sesungguhnya tidak lepas dari arus utama Konspiratif yang hendak menghancurkan ketauhidan seperti yang diajarkan para penyampai Risallah sejak Adam a.s. hingga Muhammad SAW. Banyak sisi dari ‘hari istimewa’ tersebut yang belum banyak kita ketahui. Banyak yang menyangka, umat Islam dilarang mengikuti ritual tersebut semata-mata karena bersumber dari ritual kaum Nasrani. Ini salah besar. Gereja Katolik pun pernah mengeluarkan larangan umatnya untuk ikut-ikutan Valentine’s Day. Bahkan Katolik Ensiklopaedia menyatakan ritual Valentine’s Day berasal dari ritual pemujaan terhadap setan (The Satanic Ritual) dan paganisme.
Bukan itu saja, daya hancur Valentine’s Day juga dahsyat, terutama dari sisi akidah dan moral. Sasaran utama penghancuran ini tentu saja generasi muda.
Dalam bahasa Inggris, “Kasih Sayang” ditulis sebagai “Affection”, bukan “Love”. Ada perbedaan mendasar antara istilah Affection dengan Love. Yang pertama lebih dekat dengan perasaan atau curahan hati, bersifat kejiwaan yang halus dan indah, sedang yang kedua, “Love”, lebih dekat dengan tindakan yang mengarah kepada kegiatan atau aktivitas seksual. Mungkin sebab itu, hubungan seksual disebut sebagai “Making Love”.
Nah, terkait dengan pemahaman tersebut, Valentine’s Day sesungguhnya tidak tepat jika diartikan sebagai “Hari Kasih Sayang”. Karena peristiwa yang terjadi berabad tahun silam, yang kini diperingati sebagai Hari Valentine, berawal dari suatu peristiwa yang lebih tepat disebut sebagai pesta kemaksiatan (Making Love Party) ketimbang Pesta Kasih Sayang. Peristiwa tersebut merupakan suatu ritual bagi bangsa Pagan Roma yang dinamakan Lupercalian Festival.
Dalam kepercayaan Pagan Roma, bulan Februari dianggap sebagai bulan penuh “cinta” (Love, bukan affection) dan bulan kesuburan (baca: masa birahi atau syahwat). Lupercalian Atau Lupercus sendiri merupakan nama Dewa Kesuburan (Dewa Pertanian dan Gembala), yang dipercaya berwujud seorang lelaki perkasa dan berpakaian setengah telanjang dengan hanya menutupi tubuhnya dengan kulit kambing. Mitologi mengenai Lupercus terkait erat dengan kisah Remus dan Romulus yang tinggal di bukit Palatine dan diyakini kisahnya mengawali pembangunan Kota Roma.
Selain Roma, kepercayaan Pagan Yunani Kuno juga meyakini bulan Februari—tepatnya pertengahan Januari dan mencapai puncaknya pada pertengahan Februari—merupakan bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada perkawinan suci Dewa Zeus dan Hera. Baik kepercayaan Pagan Roma maupun Pagan Yunani, keduanya meyakini bahwa Februari merupakan bulan penuh gairah dan cinta (baca: syahwat).

LUPERCALIA FEST
Lupercalia Festival merupakan sebuah perayaan yang berlangsung pada tanggal 13 hingga 18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk Dewi Cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Pada tanggal 13-nya, di pagi hari, pendeta tertinggi pagan Roma menghimpun para pemuda dan pemudi untuk mendatangi kuil pemujaan. Mereka dipisah dalam dua barisan dan sama-sama menghadap altar utama. Semua nama perempuan muda ditulis dalam lembaran-lembaran kecil. Satu lembaran kecil hanya boleh berisi satu nama. Lembaran-lembaran yang berisi nama-nama perempuan muda itu lalu dimasukkan kedalam wadah mirip kendi besar, atau ada juga yang menyebutnya di masukan ke dalam wadah mirip botol besar.

Setelah itu, sang pendeta yang memimpin upacara mempersilakan para pemuda maju satu persatu untuk mengambil satu nama gadis yang telah berada di dalam wadah secara acak, hingga wadah tersebut kosong. Setiap nama gadis yang terambil, maka sang empunya nama harus menjadi kekasih pemuda yang mengambilnya dan berkewajiban melayani segala yang diinginkan sang pemuda tersebut selama setahun hingga Lupercalian Festival tahun depan.
Tanpa ikatan perkawinan, mereka bebas berbuat apa saja. Dan malam pertama di hari itu, malam menjelang 14 Februari hingga malam menjelang 15 Februari, di seluruh kota, para pasangan baru itu merayakan apa yang kini terlanjur disebut sebagai ‘Hari Kasih Sayang’. Suatu istilah yang benar-benar keliru dan lebih tepat disebut sebagai ‘Making Love Day’ alias Malam Kemaksiatan.
Pada tanggal 15 Februari, setelah sehari penuh para pasangan baru itu mengumbar syahwatnya, mereka secara berpasang-pasangan kembali mendatangi kuil pemujaan untuk memanjatkan doa kepada Dewa Lupercalia agar dilindungi dari gangguan serigala dan roh jahat. Dalam upacara ini, pendeta pagan Roma akan membawa dua ekor kambing dan seekor anjing yang kemudian disembelih diatas altar sebagai persembahan kepada Dewa Lupercalia atau Lupercus. Persembahan ini kemudian diikuti dengan ritual meminum anggur.
Setelah itu, para pemuda mengambil satu lembar kulit kambing yang telah tersedia dan berlari di jalan-jalan kota sambil diikuti oleh para gadis. Jalan-jalan kota Roma meriah oleh teriakan dan canda-tawa para muda-mudi, di mana yang perempuan berlomba-lomba mendapatkan sentuhan kulit kambing terbanyak dan yang pria berlomba-lomba menyentuh gadis sebanyak-banyaknya.
Para perempuan Romawi kuno di zaman itu sangat percaya bahwa kulit kambing yang dipersembahkan kepada Dewa Lupercus tersebut memiliki daya magis yang luar biasa, yang mampu membuat mereka bertambah subur, bertambah muda, dan bertambah cantik. Semakin banyak mereka bisa menyentuh kulit kambing tersebut maka mereka yakin akan bertambah cantik dan subur.
Upacara yang sangat dinanti-nantikan orang-orang muda di Roma ini menjadi salah satu perayaan favorit. Hal ini tidak aneh mengingat kehidupan masyarakat Pagan Roma memang sangat menuhankan keperkasaan (kejantanan), kecantikan, dan seks. Bahkan para Dewa dan Dewi—tuhan mereka—digambarkan sebagai sosok lelaki perkasa dan perempuan yang cantik nan menawan, dengan pakaian yang minim bahkan telanjang sama sekali. Bangsa Roma memang sangat memuja kesempurnaan raga. Banyak literatur menulis tentang tradisi Pagan Roma tersebut. Sampai sekarang, pusat-pusat kebugaran yang menjadi salah satu ‘tren orang modern’ disebut sebagai Gymnasium atau disingkat Gym saja, yang berasal dari istilah Roma yang mengacu pada tempat olah tubuh.
Tradisi pemujaan terhadap keperkasaan dan kecantikan ini, dan tentunya semuanya bermuara pada pendewaan terhadap syahwat, tidak menghilang saat Roma dijadikan pusat Gereja Barat oleh Kaisar Konstantin. Gereja malah melanggengkan ritual pesta syahwat ini dengan memberinya ‘bungkus kekristenan’ dengan mengganti nama-nama gadis dan para pemuda dengan nama-nama Paus atau Pastor atau orang-orang suci seperti Santo atau Saint (laki-laki) atau Santa (Perempuan). Mereka yang melakukan ini adalah Kaisar Konstantin sebagai Paus pertama dan Paus Gregory I. Bahkan pada tahun 496 M, Paus Gelasius I menjadikan Lupercalian Festival ini menjadi perayaan Gereja dengan memunculkan mitos tentang Santo Valentinus (Saint Valentine’s) yang dikatakan meninggal pada 14 Februari.
Inilah apa yang sekarang kita kenal sebagai ‘The Valentine’s Day’. Lupercalian Festival yang sesungguhnya lebih tepat disebut sebagai ‘Making Love Day, merupakan asal-muasal peringatan ini. Oleh sejumlah pihak yang ingin mendapat keuntungan dari ritual tersebut dan eksesnya, momentum itu disebut sebagai ‘Hari Kasih Sayang’, sesuatu yang sangat jauh dan beda esensinya. 

(Selengkapnya Baca: Eramuslim Digest Edisi 5: The Dark Valentines, Ritual Setan yang Sekarang Dipuja)




Wadah Dit